Bergabunglah bersama kami, Bogor Historical Community yang bermarkaas di MUSEUM PETA, SEMPUR, BOGOR, JAWA BARAT

Selasa, 23 April 2013

BOGOR HERITAGE
Istana Bogor
 
Tahun 1745 Gubernur Jendral van Imhoff memerintahkan pembangunan atas tempat pilihannya itu sebuah pesanggrahan yang diberi nama Villa Buitenzorg, ( artinya bebas masalah / kesulitan ). Dia sendiri yang membuat sketsa bangunannya dengan mencontoh arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke of Malborough (dibangun antara 1705 -1722), dekat kota Oxford di Inggris. Dengan Surat Keputusan Dewan Direksi VOC di Amsterdam tanggal 07.06.1745, lahan di sekitar Buitenzorg yang diusulkan Van Imhoff dijadikan dijadikan semacam TANAH BENGKOK yang harus dibeli oleh tiap Gubernur Jenderal baru kepada pejabat lama yang digantikannya.

Proses pembangunan gedung itu dilanjutkan oleh Gubernur Jendral yang memerintah selanjutnya yaitu Jacob Mossel (1750 – 1761) yang membelinya dari Van Imhoff.

Dalam perjalanan sejarahnya, bangunan ini sempat mengalami rusak berat sebagai akibat serangan rakyat Banten yang anti Kompeni, di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang, yang disebut Perang Banten 1750 – 1754.

Pada masa Gubernur Jendral Willem Daendels ( 1808 – 1811 ), pesanggrahan tersebut diperluas dengan memberikan penambahan baik ke sebelah kiri gedung maupun sebelah kanannya. Gedung induknya dijadikan dua tingkat.

Pada masa Inggris berkuasa dibawah Stamford Raffles, halamannya yang luas juga dipercantik menjadi taman bergaya Inggris klasik dan mendatangkan enam pasang rusa tutul dari perbatasan India dan Nepal.

Kemudian pada masa Gubernur Jendal Baron van der Capellen ( 1817 – 1826 ), dilakukan perubahan besar – besaran. Sebuah menara di tengah – tengah gedung induk didirikan sehingga istana semakin megah, Sedangkan lahan di sekeliling istana dijadikan Kebun Raya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 Mei 1817.

Gedung ini kembali mengalami kerusakan berat, ketika terjadi gempa bumi pada tanggal 10 oktober 1834.

Pada masa Gubernur Jendral Albertus Yacob Duijmayer van Twist ( 1851 – 1856 ), bangunan lama sisa gempa dirubuhkan sama sekali. Kemudian dengan mengambil arsitektur eropa Abad IX, bangunan baru satu tingkat didirikan. Perubahan lainnya adalah dengan menambah dua buah jembatan penghubung Gedung Induk dan Gedung Sayap Kanan serta Sayap Kiri yang dibuat dari kayu berbentuk lengkung. Bangunan istana baru terwujud secara utuh pada masa kekuasaan Gubernur Jendral Charles Ferdinand Pahud de Montager ( 1856 – 1861 ). Dan pada pemerintahan, selanjutnya tepatnya tahun 1870, Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jendral Hindia-Belanda.
 

Senin, 22 April 2013

PAHLAWAN KU : Kapten Muslihat


Kapten Muslihat

Kapten Muslihat memiliki nama lengkap Tubagus Muslihat. Anak Tubagus Djahanuddin yang memiliki dua anak. Beliau lahir pada Senin, 26 Oktober 1926, di Pandeglang. Waktu itu sedang ramai-ramainya kaum Komunis memberontak terhadap pemerintah Belanda.

Tubagus Muslihat bersekolah di HIS Rangkasbitung, namun hanya sampai kelas tiga. Selanjutnya beliau pindah ke Jakarta dan meneruskan sekolah HIS-nya hingga tamat tahun 1940. Kemudian melanjutkan ke Taman Siswa bagian MULO sampai kelas dua. Keluarnya Muslihat dari sekolah karena kondisi saat itu yang tidak memungkinkannya melanjutkan sekolah. Beliau kemudian bekerja di Bosbow Proefstation (Balai Penelitian Kehutanan) di Gunung Batu, Bogor. Baru beberapa bulan bekerja terjadilah perang Pasifik.

Tentara dan pemerintah Hindia Belanda menyerah. Kota Bogor saat itu diduduki oleh tentara Jepang. Kapten Muslihat berhenti dari pekerjaan tahun 1942, ketika Jepang sudah menduduki Kota Bogor. Tahun 1943, Muslihat bekerja di Rumah Sakit Kedung Halang sebagai juru rawat. Namun tidak terlalu lama, kemudian pindah lagi ke jawatan Kehutanan.

Saat ada kesempatan dan peluang menjadi Tentara Pembela Tanah Air untuk memperjuangkan Nusantara, Muslihat langsung mendaftar menjadi tentara PETA. Setelah lulus beberapa kali testing, beliau diterima jadi Shudancoo di Bogor bersama dengan Tarmat, Ishak Djuarsa, Abu Umar dan Bustomi.

25 Desember 1945, Kapten Muslihat diikuti dengan beberapa anak buahnya, salah satunya adalah adiknya yaitu Gustiman (Muslihat tidak mengetahui bahwa adiknya ikut dalam rombongannya) menggempur kantor polisi yang ada di Jalan Banten (sekarang jadi nama Jalan Kapten Muslihat).

Kedua belah pihak baku tempat di tempat persembunyian. Merasa kesal karena perang tidak ada hasilnya, Kapten Muslihat berdiri lantas menembak, terlihat beberapa musuh berjungkalan. Namun sebaliknya tidak tahu datangnya darimana, salah satu peluru musuh menembus perutnya.

Namun demikian Kapten Muslihat tetap berdiri sambil menembak meski tak terhitung lagi berapa butir peluru menembus badannya. Peluru tersebut (hasil bedah memperlihatkan bahwa peluru yang menembus Muslihat berjenis dum-dum) menyobek kulit perutnya hingga bersimbah darah.

Melihat keadaan Muslihat, Gustiman menghampirinya sembari memeluk, akan tetapi Kapten Muslihat memerintahkan adiknya agar segera menyingkir, khawatir jumlah korban bertambah.

Tanpa diketahui satu peluru mengenai punggungnya, Kapten Muslihat roboh, tubuhnya bersimbah darah. Kaos yang tadinya putih berubah jadi merah. Membasahi tubuh dan tanah air. Akhirnya dengan susah payah lantaran terus menerus dihujani tembakan, jasad Kapten Muslihat bisa diangkat dan dibawa kerumahnya di Panaragan (salah satu nama kelurahan di Bogor Tengah. Letaknya sejajar dengan jalan Veteran) oleh barisan PMI dan dibantu anak buahnya.

Sebelum sekaratul maut, Muslihat berpesan ke orangtuanya agar uang simpanannya yang berjumlah Rp 600 supaya diinfaqkan ke fakir miskin.

Kepada teman-teman kerjanya dan anak buahnya yang gugur memerdekakan negeri beliau memberikan pesan untuk meneruskan perjuangan. “Urang pasti meunang jeung Indonesia bakalan merdeka” (Kita pasti menang dan Indonesia bakalan merdeka).

Meninggalnya Kapten Muslihat disaksikan oleh Dr. Marzoeki Mahdi (sekarang menjadi salah satu nama rumah sakit di kawasan Cilendek). Sambil mengucapkan takbir “Allahu Akbar” tiga kali, dalam keadaan tenang, pasrah, Kapten Tubagus Muslihat menghadap ke Yang Menciptakan, Yang Mewafatkan dan Yang Merajai Alam Dunia, kembali ke asal. Keesokan harinya jasadnya dikuburkan dalam keadaan masih perang dan meninggalkan istri yang sedang mengandung.